Kota Bandung kembali membuktikan dirinya sebagai kiblat mode Tanah Air. Gelaran The Runway 2025, sebuah ajang fashion internasional, sukses digelar di New Hemangini Hotel pada Sabtu, 3 Mei 2025. Acara ini menjadi panggung bagi 32 desainer, baik lokal maupun internasional, untuk memamerkan karya-karya terbaik mereka yang mengangkat kekayaan wastra Nusantara dalam desain busana kontemporer. Kolaborasi antara New York Indonesia Fashion Week (NYIFW) dan Bandung Fashion Society (BFS) menjadi kunci keberhasilan acara ini.
The Runway 2025 bukan sekadar peragaan busana biasa. Ajang ini memiliki misi yang lebih besar: mendorong pelaku industri fashion Indonesia, terutama UMKM, untuk bersaing di pasar global, khususnya New York sebagai pusat mode dunia.
Menjembatani Budaya Indonesia dengan Panggung Internasional
Vanny Tousignant, Founder NYIFW asal Indonesia yang berbasis di Amerika, berkomitmen untuk menghubungkan budaya Indonesia dengan pasar internasional. Baginya, The Runway 2025 bukan hanya soal apresiasi desain, tetapi juga strategi diplomasi budaya.
Panggung The Runway 2025 dipenuhi warna, motif, dan siluet khas Indonesia. Batik, tenun, dan songket dipadukan dengan sentuhan modern, menghasilkan perpaduan estetika tradisional dan selera kontemporer.
Keberhasilan acara ini menarik perhatian pelaku industri mode, pemerhati budaya, dan media internasional.
Fusion Fashion: Perpaduan Tradisional dan Kontemporer
Mengusung konsep *fusion fashion*, para desainer memadukan kain tradisional seperti batik, tenun, songket, dan bordir ke dalam desain busana modern. Hasilnya adalah koleksi-koleksi unik yang relevan dengan tren global.
Acara ini terbagi dua sesi. Sesi pertama menampilkan karya desainer dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Jakarta, Bandung, Solo, Bali, hingga Kalimantan.
Sesi kedua menjadi ajang reuni alumni NYIFW yang kini menampilkan koleksi terbaru mereka yang lebih matang dan berkarakter.
Beberapa desainer yang mencuri perhatian antara lain IW X Yatim JJE, Gee Batik by Sugeng Waskito, Arsita Craft by Arsita Resmisari, Dykke by Nia, dan dr. Rosa Rumaseuw dengan gaya glamor etnik khas Papua.
Berbagai gaya fesyen ditampilkan, mulai dari modest fashion hingga couture dan ready-to-wear, membuktikan fleksibilitas wastra Indonesia dalam memenuhi berbagai selera pasar.
Kolaborasi antar kreator juga menjadi daya tarik. Jameena Quinn X Rich by Ritz, Nazla Aisy Ulhaq X Evoy Production, dan Insight by Ilma Nur Solihah X Arunika Dewi menampilkan sinergi kreativitas dan semangat kebersamaan.
Membangun Kesuksesan Industri Fashion Lokal di Kancah Internasional
Proses kurasi desainer dilakukan secara ketat. Kriteria penilaian meliputi keindahan visual, orisinalitas ide, kekuatan *brand identity*, dan kemampuan busana menyampaikan narasi budaya.
Vanny menekankan pentingnya narasi dan pemahaman pasar global. Ia aktif membimbing UMKM agar memahami preferensi konsumen luar negeri, terutama Amerika Serikat yang cenderung menyukai produk *ready-to-wear*.
Kang Bens, Ketua Bandung Fashion Society, bangga acara ini digelar di Bandung. Pengalamannya berpartisipasi di NYIFW memberikan banyak manfaat, termasuk ilmu dan koneksi baru.
dr. Rosa Rumaseuw merasakan dampak positif tampil di NYIFW terhadap penjualan produknya. Ia mendorong desainer lain untuk berani melangkah ke panggung internasional.
The Runway 2025 menunjukkan bahwa karya-karya berbasis kearifan lokal mampu bersaing secara global. Ajang ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga identitas, diplomasi budaya, dan strategi ekonomi kreatif.
Gelaran ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan potensi besar di industri fashion dunia. Dengan konsistensi dan kolaborasi, mimpi menjadikan New York sebagai panggung tetap bagi desainer Indonesia bukanlah hal yang mustahil. Vanny Tousignant optimis bahwa ini adalah misi yang sedang dijalankan bersama, membawa budaya Indonesia mendunia lewat fashion.