Di industri otomotif yang dinamis, model-model lama terkadang harus rela “pensiun” untuk memberi jalan pada pendatang baru. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain penurunan daya saing, permintaan pasar yang merosot, atau bahkan strategi perusahaan untuk menghindari kanibalisasi pasar internal.
Salah satu pabrikan yang pernah mengambil keputusan tersebut adalah Honda. Mereka telah menghentikan produksi beberapa model motornya, meskipun motor-motor tersebut tetap dikenang sebagai ikon oleh para penggemar setia.
Honda Vario 110: Sang Legenda Skutik Mungil
Honda Vario 110, skutik stylish yang praktis untuk penggunaan sehari-hari, pernah menjadi pilihan favorit banyak pengendara.
Dilengkapi mesin 110cc dengan teknologi eSP, sistem pendingin udara, ACG Starter, dan injeksi PGM-FI, Vario 110 menawarkan efisiensi bahan bakar yang optimal. Desainnya yang menarik, termasuk lampu depan LED, semakin menambah daya tariknya.
Produksi Vario 110 dihentikan pada Januari 2020. Honda memfokuskan strategi pemasarannya pada Vario 125 dan Vario 150 yang dinilai lebih premium dan sesuai dengan tren pasar saat itu.
Harga Vario 110 bekas di pasaran cukup bervariasi, berkisar antara Rp 8 juta hingga Rp 12 juta, tergantung tahun produksi dan kondisi motor.
Honda Blade: Sporty dan Ikonik
Honda Blade dikenal dengan desainnya yang sporty dan agresif, garis-garis tajam dan aksen striping yang bernuansa balap.
Model terakhirnya, Blade 125 FI, dibekali mesin 125cc 4-tak SOHC dengan teknologi PGM-FI dan transmisi 4 kecepatan. Lampu depan ganda dan knalpot sporty menjadi ciri khasnya yang mudah dikenali.
Meskipun telah dihentikan produksinya, Honda Blade tetap memiliki tempat spesial di hati penggemar motor sport tanah air.
Sayangnya, detail mengenai alasan penghentian produksi dan harga pasaran Honda Blade bekas tidak dijelaskan dalam artikel sumber.
Lebih dari Sekadar Mesin: Warisan dan Kenangan
Penghentian produksi motor-motor ikonik seperti Honda Vario 110 dan Honda Blade menunjukkan betapa dinamisnya industri otomotif. Perubahan tren dan strategi pemasaran seringkali memaksa pabrikan untuk membuat keputusan yang sulit.
Namun, meski telah “pensiun,” motor-motor ini akan tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah otomotif Indonesia, meninggalkan jejak dan kenangan bagi para pemilik dan penggemarnya. Mereka bukan sekadar mesin, tetapi representasi dari sebuah era dan gaya hidup.