Adopsi kecerdasan buatan (AI) di kalangan bisnis Indonesia semakin meningkat pesat. Hal ini terungkap dalam survei terbaru SleekFlow, platform percakapan *omnichannel* berbasis AI, yang melibatkan 570 bisnis dari berbagai sektor.
Survei tersebut menunjukkan tren positif di mana 67 persen bisnis telah mengimplementasikan teknologi AI atau otomatisasi dalam operasional mereka. Kehadiran AI terbukti memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan efisiensi dan kepuasan pelanggan.
Peningkatan Adopsi AI di Berbagai Industri
Chatbot menjadi aplikasi AI yang paling banyak digunakan, terutama di sektor ritel, jasa profesional, dan keuangan. Popularitas chatbot ini didorong oleh kemampuannya memberikan respons cepat dan efisien kepada pelanggan.
Tren ini diprediksi akan terus meningkat. SleekFlow memproyeksikan 90 persen bisnis akan memperluas penggunaan AI dalam dua tahun ke depan.
Fokus utama penerapan AI mencakup pengembangan agen AI, sistem analisis cerdas, *customer relationship management* (CRM) berbasis AI, dan peningkatan keterlibatan *omnichannel* secara menyeluruh.
Dampak Positif AI terhadap Kepuasan Pelanggan
Di Indonesia, 65,12 persen bisnis menyatakan bahwa penggunaan AI telah meningkatkan kepuasan pelanggan. Peningkatan ini terlihat khususnya dalam tahap kesadaran dan pertimbangan dalam perjalanan konsumen.
Konsumen merasa terbantu dengan respons instan dan kemudahan penggunaan layanan berbasis AI, mulai dari pelacakan pesan hingga pembayaran. Kecepatan layanan menjadi faktor kunci; 88 persen responden lebih menyukai solusi AI daripada menunggu lebih dari 5 menit untuk berbicara dengan agen manusia.
Personalization juga berperan penting. 86 persen responden di Indonesia mengaku lebih terdorong untuk berbelanja jika menerima promo yang dirancang secara khusus dan relevan dengan kebutuhan mereka. Lebih dari 70 persen responden menilai AI berdampak positif pada keputusan pembelian mereka.
Tantangan Adopsi AI dan Peran Manusia yang Tak Tergantikan
Meskipun manfaatnya signifikan, adopsi AI masih menghadapi beberapa tantangan. Biaya implementasi merupakan hambatan utama. Selain itu, ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan ketidakpastian imbal hasil investasi juga menjadi pertimbangan.
Asnawi Jufrie, VP dan GM SleekFlow Asia Tenggara, menekankan bahwa AI bukanlah pengganti manusia, melainkan sebagai penguat kontribusi manusia. Pelanggan mengharapkan respons yang cepat dan cerdas, tetapi juga menghargai rasa percaya, empati, dan kepastian yang hanya bisa diberikan oleh manusia.
Walaupun penggunaan AI meluas, survei menunjukkan bahwa peran manusia, terutama dalam *customer service*, tetap tak tergantikan, khususnya untuk menangani keluhan yang kompleks. Interaksi manusia menawarkan unsur-unsur penting seperti nada bicara, bahasa tubuh, dan empati yang sulit direplikasi oleh AI.
Kesimpulannya, AI menjadi alat yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan. Namun, keterlibatan manusia tetap krusial untuk membangun koneksi yang lebih bermakna dan menangani situasi yang rumit. Kolaborasi antara AI dan manusia akan menjadi kunci kesuksesan bisnis di masa depan.