Nama Djoko Susanto kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan bisnis Indonesia. Hal ini menyusul akuisisi 70% saham PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), pemegang lisensi waralaba Lawson di Indonesia, oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan induk Alfamart yang juga milik Djoko Susanto.
Akuisisi ini semakin mengukuhkan dominasi AMRT di sektor ritel dalam negeri. Kini, AMRT mengendalikan dua merek besar, Alfamart dan Lawson, memperluas jangkauan pasar dan portofolionya.
Kekayaan Djoko Susanto, Si Bos Alfamart
Berdasarkan data *real time net worth* Forbes per 21 Juni 2025, kekayaan Djoko Susanto mencapai US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp 54,16 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.413 per dolar AS).
Posisi Djoko Susanto dalam daftar orang terkaya dunia berada di peringkat 1.143. Sementara itu, di daftar 50 orang terkaya Indonesia, ia menempati posisi ke-12.
Kisah sukses Djoko Susanto bermula dari usaha sederhana. Ia memulai kariernya dengan mengelola warung makan milik orang tuanya di pasar tradisional Jakarta sejak usia 17 tahun.
Kerja keras dan jeli melihat peluang membawanya pada kemitraan dengan Putera Sampoerna. Kemitraan ini menjadi batu loncatan bagi Djoko Susanto untuk membangun jaringan supermarket.
Pada tahun 2005, saat Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris, Djoko Susanto mengambil alih bisnis ritel tersebut. Ia kemudian mengembangkannya menjadi jaringan Alfamart yang kita kenal sekarang.
Tidak hanya itu, pada tahun 2022, Alfamart juga melakukan investasi senilai US$ 30 juta di Bank Aladin Syariah. Langkah ini menunjukkan diversifikasi bisnis Djoko Susanto di sektor keuangan syariah.
B-Log: Perusahaan Logistik Djoko Susanto yang IPO
PT Trimitra Trans Persada Tbk (B-Log), perusahaan logistik yang juga dimiliki Djoko Susanto, tengah melakukan penawaran saham perdana (IPO) kepada publik.
B-Log menawarkan 563,24 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah ini setara dengan 16,67% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.
Detail IPO B-Log dan Rencana Penggunaan Dana
B-Log menetapkan harga IPO di kisaran Rp 240-Rp 270 per saham. Dengan demikian, potensi dana yang diperoleh maksimal mencapai Rp 152,07 miliar.
Sekitar 67% dana IPO akan dialokasikan untuk menambah setoran modal ke PT Simpan Sini Aja (SSA). SSA akan menggunakan dana tersebut untuk membangun tiga gudang pendingin di Tangerang, Pontianak, dan Makassar.
Ketiga gudang tersebut memiliki spesifikasi yang sama, yaitu ruang penyimpanan dengan tiga suhu berbeda: suhu ruang, suhu dingin, dan suhu beku. Kapasitas penyimpanan berkisar antara 750-3.000 pallet position.
Sisanya, sekitar 33% dana IPO, akan digunakan untuk membeli 75-100 unit kendaraan *light truck*. Kendaraan ini terdiri dari tipe *cold* dan *dry* dengan harga per unit sekitar Rp 500 juta hingga Rp 750 juta.
Pembelian kendaraan ini merupakan bagian dari rencana ekspansi B-Log. Kendaraan tersebut akan digunakan untuk mendukung operasional perusahaan dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pemegang saham B-Log setelah IPO antara lain PT Sigmantara Alfindo (50,53%), PT Dua Mitra Inti Selaras (29,17%), PT Wiraguna Sejahtera Abadi (3,3%), dan publik (16,67%).
Menariknya, PT Sigmantara Alfindo juga memiliki 50,19% saham AMRT (Alfamart). Ini semakin memperkuat posisi Djoko Susanto di dunia bisnis Indonesia.
PT BCA Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi efek untuk IPO B-Log.
Jadwal IPO B-Log
- Masa penawaran awal: 23-25 Juni 2025
- Perkiraan tanggal efektif dari OJK: 30 Juni 2025
- Perkiraan masa penawaran umum: 2-4 Juli 2025
- Perkiraan tanggal penjatahan: 4 Juli 2025
- Perkiraan tanggal distribusi saham elektronik: 7 Juli 2025
- Perkiraan tanggal pencatatan di BEI: 8 Juli 2025
Dengan keberhasilan akuisisi Lawson dan rencana ekspansi B-Log melalui IPO, Djoko Susanto semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu tokoh kunci di sektor ritel dan logistik Indonesia. Langkah-langkah strategisnya ini menunjukkan visi bisnisnya yang jauh ke depan dan kemampuannya dalam memanfaatkan peluang pasar.