Kerusuhan melanda Los Angeles menyusul protes terhadap kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump. Aksi yang awalnya damai berubah menjadi ricuh, ditandai dengan penjarahan dan vandalisme di berbagai titik kota.
Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, merespon dengan cepat situasi yang memburuk ini. Ia mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam untuk meredam kekerasan.
Jam Malam Diterapkan di Los Angeles
Sebagai respon atas kerusuhan dan aksi anarkis yang terjadi, Wali Kota Karen Bass memberlakukan jam malam di area pusat kota Los Angeles seluas satu mil persegi.
Jam malam berlaku mulai pukul 22.00 hingga 06.00 waktu setempat. Hanya penduduk setempat, jurnalis, dan petugas layanan darurat yang diizinkan beraktivitas selama jam malam.
Area yang terkena dampak jam malam merupakan titik pusat demonstrasi sejak akhir pekan sebelumnya. Langkah ini diharapkan mampu meredakan ketegangan dan mencegah aksi vandalisme lebih lanjut.
Aksi Protes dan Kerusuhan yang Meningkat
Protes bermula pada Jumat, 6 Juni 2025, sebagai bentuk kemarahan publik terhadap penangkapan massal oleh otoritas imigrasi federal AS.
Awalnya, aksi protes berlangsung relatif kecil dan damai. Namun, sejumlah kecil demonstran melakukan tindakan kekerasan, seperti pembakaran, vandalisme, dan perusakan properti.
Pada puncaknya, ribuan orang turun ke jalan. Sayangnya, aksi anarkis dari kelompok kecil tersebut berhasil menarik perhatian media dan memicu situasi yang lebih buruk.
Polisi melaporkan sekitar 23 pusat bisnis dijarah pada Senin malam, dan lebih dari 500 orang ditangkap dalam beberapa hari terakhir. Protes serupa juga terjadi di beberapa kota besar AS lainnya, termasuk New York, Atlanta, Chicago, dan San Francisco.
Tanggapan Presiden Trump dan Pengerahan Pasukan
Presiden Trump menyebut kerusuhan di Los Angeles sebagai “invasi musuh asing” dan mengerahkan 4.000 tentara Garda Nasional dan 700 personel Marinir AS ke Los Angeles.
Langkah ini diambil meskipun otoritas penegak hukum setempat menyatakan mampu menangani situasi. Trump berpendapat bahwa tindakan tegas diperlukan untuk mengembalikan ketertiban dan keamanan.
Dalam pidatonya di Fort Bragg, North Carolina, Trump menekankan bahwa anarki tidak akan ditoleransi dan Amerika Serikat tidak akan membiarkan kota-kotanya “diinvasi dan ditaklukkan oleh musuh asing”.
Pengerahan pasukan skala besar ini menimbulkan perdebatan, dengan beberapa pihak mengkritiknya sebagai tindakan berlebihan dan potensi pelanggaran hak asasi manusia.
Situasi di Los Angeles masih terus berkembang dan membutuhkan pemantauan ketat. Dampak jangka panjang dari kerusuhan dan kebijakan yang diterapkan masih perlu dikaji lebih lanjut.
Kejadian ini menyoroti ketegangan sosial dan politik yang tinggi di Amerika Serikat terkait isu imigrasi dan penegakan hukum. Perdebatan mengenai cara terbaik untuk menangani protes dan kerusuhan masih akan terus berlangsung.