Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mencurigai adanya manipulasi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta. Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengawasi distribusi beras untuk mencegah monopoli yang merugikan petani dan konsumen. Tindakan tegas akan segera diambil untuk melindungi kedua pihak dari praktik curang oknum yang tidak bertanggung jawab.
Pernyataan tersebut disampaikan Amran merespon keluhan dari berbagai pihak terkait disparitas harga beras. Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan cenderung rendah, sementara harga beras di pasaran justru tinggi. Ini menunjukkan adanya ketimpangan yang perlu segera ditangani.
Dugaan Permainan Harga Beras di Pasar Induk Cipinang
Amran telah berkoordinasi dengan Mabes Polri untuk menyelidiki dugaan praktik manipulasi harga beras di PIBC. Ia menegaskan, pemerintah tidak akan tinggal diam melihat petani dan konsumen dirugikan oleh oknum yang bermain harga.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mengungkap aktor dibalik praktik tersebut. Mereka yang terbukti bersalah akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Pemerintah berkomitmen untuk menciptakan pasar yang adil dan transparan.
Ketimpangan Harga: Petani Merugi, Konsumen Terbebani
Ketimpangan harga beras yang terjadi membuat petani merugi karena harga gabah rendah, sementara konsumen harus menanggung beban harga beras yang tinggi. Perbedaan harga yang signifikan ini diduga dinikmati oleh perantara atau _middleman_.
Amran menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi ini. Ia mendesak agar semua pihak bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan memastikan kesejahteraan petani dan konsumen terlindungi. Pemerintah akan terus berupaya untuk menciptakan sistem distribusi yang lebih efisien dan berkeadilan.
Anomali Data Distribusi dan Dampaknya terhadap Petani
Amran mengungkapkan adanya anomali data distribusi beras di PIBC. Terdapat lonjakan volume beras yang keluar-masuk dalam jumlah tidak wajar pada hari-hari tertentu.
Data dari PIBC menunjukkan adanya hari-hari tertentu di mana volume beras yang keluar masuk mencapai 11.000 ton per hari, sementara biasanya hanya berkisar antara 1.000 hingga 3.500 ton per hari. Ini menimbulkan kecurigaan adanya manipulasi data untuk menutupi praktik monopoli dan penimbunan.
Dampak terhadap Penghasilan Petani
Praktik manipulasi harga ini berdampak besar terhadap penghasilan petani. Pendapatan petani padi rata-rata hanya sekitar Rp1.000.000 hingga Rp1.500.000 per bulan per rumah tangga.
Dengan jumlah petani padi mencapai jutaan, selisih harga yang besar antara harga beli petani dan harga jual konsumen, yang ditengarai mencapai puluhan triliun rupiah, menunjukkan kerugian besar yang ditanggung petani. Ini menjadi bukti betapa besar keuntungan yang dikantongi oleh _middleman_. Pemerintah akan terus berupaya untuk melindungi petani dan memastikan mereka mendapatkan harga yang layak atas hasil panen mereka.
Amran menegaskan, negara tidak boleh kalah dari mafia pangan. Pemerintah berkomitmen untuk menindak tegas praktik-praktik yang merugikan petani dan konsumen. Langkah-langkah yang akan diambil meliputi penyelidikan menyeluruh terhadap dugaan manipulasi data dan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat. Pemerintah juga akan terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi sistem distribusi beras agar harga beras di pasaran stabil dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, kesejahteraan petani dan konsumen dapat terlindungi.