Perang harga di industri otomotif China semakin memanas. Beberapa pabrikan berani memasang harga mobil jauh di bawah rata-rata pasar, memicu kekhawatiran pemerintah.
Langkah tersebut dinilai berisiko merusak industri dalam jangka panjang. Pemerintah pun bertindak cepat dengan memanggil para petinggi perusahaan ke Beijing.
Pemerintah China Turun Tangan Atasi Perang Harga Mobil
Pemerintah China prihatin dengan perang harga yang semakin tak terkendali di pasar otomotif domestik. Meskipun peningkatan penjualan menjadi dampak positifnya, namun strategi ini dinilai tidak berkelanjutan.
Otoritas setempat meminta para produsen mobil untuk melakukan _self-regulation_ dan menghentikan praktik tersebut. Tujuannya untuk mencegah persaingan yang berlebihan dan potensi penurunan kualitas produk secara drastis (_race to the bottom_).
Regulator pasar turut menyuarakan keprihatinan yang sama. Mereka menyerukan upaya untuk merapikan kompetisi yang dinilai terlalu agresif dan merugikan industri secara keseluruhan. Istilah “involusioner”, yang juga digunakan Perdana Menteri Li Qiang, menggambarkan situasi pasar yang menghancurkan dirinya sendiri.
Penurunan Harga Drastis dalam Dua Tahun Terakhir
Penurunan harga mobil listrik dan hybrid baru di China memang sangat signifikan dalam dua tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh persaingan ketat antar produsen.
Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) memperingatkan potensi dampak negatif perang harga yang tak terkendali terhadap persaingan pasar. Kondisi ini bisa menciptakan ketidakstabilan dan kerugian jangka panjang bagi industri.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) berencana memperketat regulasi. Tujuannya untuk mendorong persaingan yang lebih sehat dan produktif di pasar otomotif.
Keraguan atas Efektivitas Regulasi dan Pandangan CEO Xpeng
Meskipun pemerintah berupaya memperketat regulasi, beberapa pihak pesimistis. Mereka memperkirakan perang harga justru akan semakin intensif di masa depan.
He Xiaopeng, CEO Xpeng, salah satu yang meragukan upaya pemerintah. Ia menilai persaingan akan semakin ketat seiring dengan meningkatnya jumlah produsen di masa mendatang.
Xiaopeng memprediksi bahwa persaingan yang semakin sengit baru merupakan awal dari sebuah pertarungan yang lebih besar. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perang harga diprediksi akan berlanjut.
Dalam dua tahun terakhir, rata-rata harga ritel mobil baru di China turun sekitar 19 persen. Harga saat ini berada di kisaran 165.000 yuan (sekitar Rp 370 jutaan).
Pertanyaan besarnya adalah, bisakah harga serendah ini dipertahankan dalam jangka panjang tanpa menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi industri otomotif China?
Keberhasilan pemerintah dalam mengatur persaingan dan mencegah perang harga yang merugikan akan menentukan masa depan industri otomotif China. Tantangannya besar, dan solusinya membutuhkan kerjasama antara pemerintah dan para pelaku industri.