Rahayu Oktaviani, seorang peneliti asal Indonesia, telah mendedikasikan 17 tahun hidupnya untuk upaya konservasi Owa Jawa, primata yang terancam punah. Dedikasi dan kerja kerasnya membuahkan hasil luar biasa dengan diraihnya Whitley Award 2025, sebuah penghargaan bergengsi dari Whitley Fund for Nature.
Whitley Fund for Nature, lembaga amal asal Inggris, telah memberikan penghargaan Whitley Award kepada para pemimpin konservasi di seluruh dunia. Penghargaan ini telah disalurkan kepada 220 pemimpin konservasi di 80 negara di belahan bumi selatan, sejak berdiri.
Rahayu Oktaviani dan Perjuangannya Melestarikan Owa Jawa
Ayu, panggilan akrab Rahayu Oktaviani, mendapatkan Whitley Award atas dedikasinya dalam melindungi Owa Jawa. Populasi Owa Jawa sangat terancam akibat hilangnya habitat di Pulau Jawa.
Kurang dari 10 persen wilayah Pulau Jawa masih berupa hutan. Owa Jawa yang tersisa hanya bertahan hidup di area-area hutan yang terfragmentasi.
Taman Nasional Gunung Halimun Salak, blok hutan terbesar di Jawa, menjadi habitat bagi 25-50 persen populasi Owa Jawa. Namun, aktivitas manusia mengancam kelestarian habitat ini.
Strategi Konservasi Owa Jawa dengan Dukungan Whitley Award
Dana dari Whitley Award akan digunakan Ayu dan timnya di Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA). Mereka akan fokus pada lima area kritis di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Upaya pelestarian Owa Jawa tidak hanya terbatas pada perlindungan hukum. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan menumbuhkan rasa bangga hidup berdampingan dengan Owa Jawa sangat penting.
Berbekal penelitian selama satu dekade tentang perilaku dan kebutuhan habitat Owa Jawa, Ayu dan tim akan berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Kerjasama akan dilakukan dengan masyarakat, penjaga taman nasional, dan pengelola untuk membangun kapasitas, memonitor keanekaragaman hayati, dan merumuskan strategi konservasi.
Melibatkan Komunitas Lokal dalam Konservasi Owa Jawa
Ayu dan tim KIARA akan melibatkan komunitas lokal dalam upaya konservasi. Mereka akan mengidentifikasi dan mengembangkan mata pencaharian berkelanjutan yang relevan bagi masyarakat.
Inisiatif Ambu Halimun KIARA telah menyelenggarakan lokakarya eco-print dan pelatihan literasi keuangan bagi perempuan. Hal ini memberdayakan perempuan dan menciptakan aliran pendapatan berkelanjutan.
Whitley Award akan memperluas kesempatan ini, mendukung lebih banyak perempuan melalui pelatihan keuangan dan kepemimpinan. Keterlibatan perempuan dalam konservasi dan pengambilan keputusan akan ditingkatkan.
Pendidikan dan penyuluhan konservasi akan diperluas di sekolah dan masyarakat. Sasarannya adalah minimal 300 siswa dan 100 rumah tangga.
Tim juga akan meningkatkan kapasitas otoritas Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Hal ini dilakukan agar mereka dapat merancang rencana pengelolaan konservasi yang efektif berbasis data.
Materi penyuluhan tentang Owa Jawa juga akan dikembangkan dan disebarluaskan. Materi ini didasarkan pada hasil pemantauan jangka panjang.
Pemenang Whitley Award 2025 Lainnya
Ayu menerima penghargaan Whitley Award 2025 dari Putri Anne, putri mendiang Ratu Elizabeth II. Putri Anne merupakan pelindung Whitley Awards.
Selain Ayu, beberapa penerima penghargaan Whitley Award 2025 lainnya adalah:
- Andrés Link (Kolombia): fokus pada menghubungkan kembali habitat monyet laba-laba cokelat.
- Federico Kacoliris (Argentina): berkonsentrasi pada pelestarian keanekaragaman hayati di Dataran Tinggi Somuncurá.
- Yara Barros (Brasil): berupaya untuk menjaga kelestarian jaguar di Taman Nasional Iguaçu.
- Reshu Bashyal (Nepal): melindungi tanaman obat di Nepal.
- Farina Otman (Malaysia): fokus pada menghubungkan kembali habitat gajah Kalimantan di Sabah.
Pencapaian Ayu dan para penerima Whitley Award lainnya menunjukkan pentingnya kolaborasi dan keterlibatan masyarakat dalam upaya konservasi. Semoga keberhasilan mereka menginspirasi upaya konservasi lainnya di seluruh dunia.