Industri baja merupakan sektor strategis dan vital bagi perekonomian Indonesia. Perannya sebagai “mother of industry” tak dapat dipungkiri, karena menopang berbagai sektor krusial seperti konstruksi, otomotif, energi, dan manufaktur. Pertumbuhan industri baja yang sehat secara langsung berkontribusi pada pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada kuartal I tahun 2025, industri logam dasar nasional mencatat pertumbuhan yang signifikan, mencapai 14,47 persen. Angka ini menunjukkan kinerja positif dan potensi besar sektor ini. Investasi di subsektor industri logam dasar juga cukup menjanjikan, mencapai Rp67,3 triliun atau sekitar 14,5 persen dari total investasi nasional pada periode yang sama.
Produksi baja kasar Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2024, produksi mencapai 17 juta ton, menempatkan Indonesia di peringkat ke-14 dunia sebagai produsen baja. Prestasi ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam kapasitas produksi dan daya saing di pasar global. Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan persaingan internasional dan isu keberlanjutan lingkungan.
Dukungan Pemerintah terhadap Industri Baja Nasional
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin), telah dan terus berupaya mendorong pertumbuhan industri baja nasional yang berkelanjutan. Berbagai kebijakan strategis telah diluncurkan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu fokus utama adalah pengamanan perdagangan dan pengendalian impor untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik-praktik yang tidak adil.
Peningkatan kualitas dan daya saing produk baja nasional juga menjadi prioritas. Hal ini dilakukan melalui penguatan dan perluasan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan standar yang lebih tinggi, diharapkan produk baja dalam negeri dapat bersaing secara efektif di pasar domestik maupun internasional.
Pemerintah juga gencar mempromosikan penggunaan produk dalam negeri. Selain itu, akses terhadap pasokan gas bumi dengan harga kompetitif juga difasilitasi melalui skema Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Skema ini bertujuan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing industri baja nasional.
Insentif dan Fasilitas untuk Investasi
Untuk menarik investasi dan mendorong pengembangan industri baja, Kemenperin juga memberikan berbagai insentif fiskal. Insentif ini meliputi tax allowance, tax holiday, dan penyusunan master list bahan baku strategis. Dengan adanya insentif tersebut, diharapkan investor lebih tertarik untuk berinvestasi di sektor ini.
Kemenperin juga memfasilitasi kerjasama dengan lembaga internasional seperti Southeast Asia Iron and Steel Institute (SEASI). Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi, menerapkan praktik sumber daya berkelanjutan, dan memperluas akses pasar global.
Tantangan dan Inisiatif Baja Hijau
Industri baja nasional juga menghadapi tantangan global seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang diterapkan oleh Uni Eropa. CBAM merupakan mekanisme penyesuaian batas karbon yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu, transisi menuju produksi baja hijau menjadi sangat penting.
Pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung transisi ke baja hijau. Program bantuan bagi industri yang menerapkan praktik ramah lingkungan, penghargaan bagi pemangku kepentingan yang berkomitmen pada keberlanjutan, serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal, merupakan beberapa contohnya. Penegakan standar industri hijau juga menjadi bagian penting dari strategi ini.
Keberhasilan transisi ke baja hijau tidak hanya akan meningkatkan daya saing industri baja Indonesia di pasar global, tetapi juga berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan melindungi lingkungan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat antara pemerintah, industri, dan masyarakat.
Kesimpulan
Industri baja Indonesia memiliki potensi yang besar untuk terus tumbuh dan berkembang. Dukungan pemerintah melalui berbagai kebijakan dan inisiatif, serta komitmen dari pelaku industri untuk berinovasi dan menerapkan praktik berkelanjutan, akan sangat menentukan keberhasilan sektor ini dalam menghadapi tantangan global dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, perlu adanya riset dan pengembangan teknologi yang lebih intensif untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi dampak lingkungan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga sangat penting untuk mendukung inovasi dan pengembangan industri baja di masa depan. Dengan sinergi yang kuat antara berbagai pihak, industri baja Indonesia dapat menjadi tulang punggung ekonomi nasional yang kuat dan berdaya saing tinggi.
Khususnya, perlu adanya kajian mendalam mengenai dampak CBAM terhadap industri baja Indonesia dan strategi yang tepat untuk menghadapinya. Hal ini termasuk peningkatan efisiensi energi, diversifikasi bahan baku, dan investasi dalam teknologi yang lebih ramah lingkungan. Keberhasilan menghadapi tantangan ini akan menentukan masa depan industri baja Indonesia di era global yang semakin kompetitif dan peduli terhadap lingkungan.