Pertamina New & Renewable Energy (NRE) dan perusahaan energi asal Prancis, MGH Energy, berkolaborasi untuk mengembangkan bahan bakar terbarukan atau e-fuels. Langkah ini merupakan strategi penting dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi dan mendukung target emisi nol bersih (net zero emission) Indonesia pada tahun 2060.
Kerja sama ini dinilai sangat potensial mengingat ambisi pemerintah Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan. CEO Pertamina NRE, John Anis, optimistis pengembangan e-fuels akan memperkuat ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Mengenal Lebih Dekat E-fuels: E-Metanol dan E-SAF
E-fuels mencakup berbagai jenis bahan bakar, di antaranya e-methanol dan e-sustainable aviation fuel (e-SAF).
E-methanol diproduksi melalui kombinasi hidrogen (dari elektrolisis air dengan energi terbarukan) dan karbon dioksida yang ditangkap. Bahan bakar ini telah digunakan di industri pelayaran dan kimia.
Sementara itu, e-SAF merupakan bahan bakar sintetis untuk pesawat terbang. Produksinya memanfaatkan proses elektrolisis dengan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, air, atau angin.
Indonesia memiliki potensi sumber daya terbarukan yang melimpah, mulai dari energi surya hingga hidro. Potensi ini menjadi dasar bagi produksi e-fuels dalam skala industri, ujar John Anis.
Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya menghasilkan solusi inovatif untuk dekarbonisasi, tetapi juga mendorong transfer teknologi dan mempercepat pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.
Tren Global dan Potensi Indonesia sebagai Pusat Produksi E-fuels
Pengembangan e-fuels dan e-SAF telah menjadi agenda global. Jerman, misalnya, telah mengoperasikan pabrik e-fuel skala besar di Patagonia.
Jepang dan Amerika Serikat juga gencar mendorong riset dan memberikan insentif fiskal untuk e-SAF. Dengan berpartisipasi dalam tren ini, Indonesia tidak hanya berkontribusi pada upaya global mengatasi perubahan iklim, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru.
Suksesnya pengembangan dan komersialisasi e-fuels di Indonesia bergantung pada beberapa faktor. Dukungan regulasi, insentif fiskal, investasi infrastruktur, dan peningkatan kapasitas SDM sangat krusial.
Jika dikelola dengan baik, Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi bahan bakar bersih terbesar di ASEAN, memenuhi kebutuhan domestik dan pasar global.
Langkah Nyata Pertamina NRE dan MGH Energy Menuju Net Zero Emission
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menekankan peran penting Pertamina NRE dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Sinergi dengan berbagai mitra dibutuhkan untuk memaksimalkan visi energi terbarukan dan mempercepat pencapaian target emisi nol bersih pemerintah.
Fadjar mengapresiasi langkah proaktif Pertamina NRE dalam pengembangan energi bersih. Pengembangan ini diharapkan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, perekonomian, dan target emisi nol bersih pemerintah.
Pertamina NRE dan MGH Energy menandatangani nota kesepahaman untuk pengembangan e-fuels pada 28 Mei 2025, dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Perancis.
MGH Energy, perusahaan asal Prancis, fokus pada pengurangan emisi karbon di sektor transportasi, khususnya maritim dan udara. Mereka mengembangkan proyek pengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar sintetis terbarukan.
Pertamina, sebagai pemimpin transisi energi, berkomitmen mendukung target emisi nol bersih 2060. Upaya ini sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.
Kesimpulannya, kolaborasi Pertamina NRE dan MGH Energy dalam pengembangan e-fuels merupakan langkah strategis Indonesia menuju masa depan energi yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya terbarukan dan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat memimpin transisi energi di kawasan ASEAN dan berkontribusi signifikan dalam upaya global mengatasi perubahan iklim.