Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan serangan udara AS terhadap tiga situs nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Esfahan. Pengumuman ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik di Timur Tengah, yang sebelumnya melibatkan serangan-serangan Israel terhadap Iran dalam Operasi Rising Lion. Serangan AS ini menjadi babak baru yang melibatkan langsung kekuatan militer Amerika Serikat.
Akibatnya, kekhawatiran akan dampak ekonomi global pun meningkat tajam. Potensi konflik berskala besar antara AS, Israel, dan Iran memicu ketakutan akan krisis energi dan ketidakstabilan ekonomi dunia.
Dampak Ekonomi Global dari Serangan ke Iran
Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran telah memicu lonjakan harga minyak dunia. Iran merupakan produsen minyak terbesar keempat di OPEC, dan Selat Hormuz, jalur laut penting yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak global, berada di bawah kendalinya. Bahkan sedikit gangguan di wilayah ini dapat berdampak besar pada ekonomi global.
Harga minyak mentah berjangka melonjak tajam pasca-konfirmasi serangan. Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik, mencatat kenaikan harga minyak hingga USD 80 per barel dari harga sebelumnya sekitar USD 78 per barel. Kenaikan ini menunjukkan dampak langsung dan signifikan dari eskalasi konflik.
Prediksi Kenaikan Harga Minyak dan Dampaknya
Para ahli memprediksi, jika ketegangan terus berlanjut, harga minyak dapat mencapai USD 110 per barel dalam seminggu mendatang. Situasi ini akan semakin memburuk jika Iran memblokir Selat Hormuz, yang berpotensi mendorong harga minyak hingga USD 150-170 per barel.
Kenaikan harga minyak akan memicu efek domino yang meluas, termasuk inflasi global. Biaya logistik akan membengkak, negara berkembang akan menghadapi tekanan fiskal, dan ancaman resesi global akan semakin nyata. Negara importir energi seperti Indonesia akan sangat terdampak.
Pemerintah di berbagai negara akan menghadapi dilema. Pilihan antara menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau menambah subsidi, keduanya akan memiliki konsekuensi buruk terhadap perekonomian dan daya beli masyarakat. Kenaikan harga BBM akan membebani masyarakat, sementara penambahan subsidi akan memperbesar defisit anggaran negara.
Respon Iran dan Eskalasi Konflik
Badan Energi Atom Iran telah mengkonfirmasi serangan tersebut. Mereka menyatakan bahwa fasilitas nuklir di Fordo, Isfahan, dan Natanz menjadi sasaran serangan pada Minggu dini hari. Namun, Iran menegaskan akan tetap melanjutkan aktivitas nuklirnya.
Organisasi Energi Atom Iran menekankan komitmen mereka untuk melanjutkan pembangunan industri strategis, terlepas dari serangan tersebut. Pernyataan ini menunjukkan tekad Iran untuk tidak menyerah meskipun menghadapi tekanan internasional. Serangan ini juga menandai eskalasi besar konflik, karena merupakan aksi militer langsung pertama AS ke wilayah Iran. Sebelumnya, konflik ini hanya melibatkan Israel dan Iran. Donald Trump sendiri mengumumkan keberhasilan serangan tersebut melalui media sosial.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyambut baik serangan tersebut dan memujinya sebagai keputusan yang berani. Ia menilai serangan tersebut akan mengubah sejarah.
Eskalasi konflik ini telah memicu kekhawatiran akan terjadinya perang besar di Timur Tengah, dengan konsekuensi ekonomi dan humaniter yang sangat serius. Perkembangan situasi ini perlu dipantau secara ketat, mengingat dampaknya yang luas dan berpotensi menghancurkan bagi dunia. Kenaikan harga energi dan ancaman resesi menjadi tantangan besar bagi pemulihan ekonomi global pasca pandemi dan krisis pangan. Ketegangan geopolitik ini menciptakan ketidakpastian yang tinggi di pasar global.