Industri keramik dan mineral non-logam di Indonesia memegang peran krusial dalam pembangunan infrastruktur, sektor properti, dan manufaktur nasional. Pertumbuhan sektor ini sangat penting bagi perekonomian Indonesia.
Namun, industri ini menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Fluktuasi harga bahan baku dan energi merupakan kendala utama yang mempengaruhi daya saing produk keramik dalam negeri. Tekanan dari pasar ekspor internasional juga semakin kompetitif.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, transformasi menyeluruh menjadi sangat penting. Digitalisasi layanan menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi. Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib juga perlu diperkuat.
Kapasitas Produksi dan Tingkat Utilisasi
Indonesia memiliki kapasitas produksi keramik yang besar, mencapai 625 juta meter persegi per tahun. Potensi ini memungkinkan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan berpotensi untuk ekspor.
Tingkat utilisasi industri keramik nasional menunjukkan tren positif. Pada kuartal I tahun 2025, utilisasi mencapai 75 persen, meningkat dari 60 persen di tahun 2024. Peningkatan ini menunjukkan geliat positif sektor ini.
Pertumbuhan ini didukung oleh berbagai kebijakan strategis pemerintah. Kebijakan tersebut antara lain pemberlakuan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), penerapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), dan implementasi sertifikasi SNI wajib.
Peran Kementerian Perindustrian dan Digitalisasi Sertifikasi
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berperan aktif dalam mendukung perkembangan industri keramik. Salah satu upaya Kemenperin adalah melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), khususnya Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam (BBSPJIKMN) di Bandung.
BBSPJIKMN telah melakukan transformasi digital dalam layanan sertifikasi SNI wajib sektor keramik. Melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), proses sertifikasi kini dilakukan secara digital, dari tahap permohonan hingga penerbitan sertifikat.
Digitalisasi ini membawa dampak positif yang signifikan. Efisiensi proses sertifikasi meningkat di tingkat perusahaan. Secara makro, transparansi, akuntabilitas, dan integrasi data industri nasional juga meningkat.
Tantangan dan Potensi Ke Depan
Meskipun menunjukkan tren positif, industri keramik Indonesia masih menghadapi tantangan. Perlu upaya berkelanjutan untuk meningkatkan inovasi dan teknologi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan memastikan keberlanjutan lingkungan.
Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dalam proses produksi juga perlu ditingkatkan. Hal ini penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.
Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri, dan akademisi, industri keramik Indonesia berpotensi untuk berkembang lebih pesat dan menjadi pemain utama di pasar global.
Rekomendasi Kebijakan
Pemerintah perlu memperkuat kerjasama dengan sektor swasta untuk mendorong inovasi dan pengembangan teknologi di industri keramik. Program riset dan pengembangan yang berkelanjutan perlu mendapatkan prioritas.
Investasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia juga penting. Keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini dan masa depan perlu diutamakan.
Selain itu, perlu adanya kebijakan yang konsisten untuk mendukung daya saing industri keramik di pasar internasional, termasuk perluasan pasar ekspor dan pengembangan strategi pemasaran yang efektif.
Penulis: Gita Esa Hafitri